Kamis, 23 Agustus 2012

Apakah Suami Posesif Menghambat Karir Istri?


1312964355582518855
pic.getty image



Ternyata tidak semua pria dapat dengan dewasa menerima kenyataan bahwa kebebasan pasangnya adalah suatu hak dasar bagi semua orang. Masih banyak kita saksikan setelah menikah umumnya kaum wanita menjadi seorang perempuan yang terikat kebebasannya. Benar memang saat memutuskan menikah kita kaum hawa adalah sepenuhnya hak suami. Namun saya menemukan di sekitar saya seorang istri yang sangat dikekang oleh suaminya.
Padahal menurut hemat saya, saat kita menjalin hubungan baik dalam masa pacaran ataupun dalam pernikahan bukan berarti semua hak-hak dan kebebasan kita sebagai perempuan di rampas begitu saja oleh pria atau suami. Tentu saja kebebasan yang saya maksud di sini adalah kebebasan yang dijalankan sesuai dengan batas-batas norma yang berlaku di masyarakat kita.
Perempuan juga memiliki hak untuk meniti karir, memilki pekerjaan tambahan, bahkan memilih teman. Pasangan yang posesif terkadang membatasi semua ruang gerak perempuan. Apa saja dilarang, sedikit-sedikit cemburu, selalu diawasi setiap gerak gerik pasangannya. Baru berangkat beberapa menit dari rumah langsung ditelpon berkali-kali. Salah satu keluarga dekat saya pernah mengalami kasus ini, si istri sangat cantik, karena kecantikannya sang suami tidak membolehkannya hanya sekedar untuk merias wajahnya serta tidak diberikan kebebasan untuk bekerja. Hingga istrinya menjadi ibu rumahtangga dengan kondisi yang sangat tertekan.
Dengan perilaku posesif seperti ini, tentu saja ruang gerak isteri sering dibatasi. Dan tentu akan menganggu karir dan menyebabkan ketidak nyamanan pada dirinya. Kalau sudah begini, percecokan dalam rumah tangga akan semakin terbuka lebar dan dapat berujung pada perceraian. Kita dapat melihat beberapa kasus KDRT melalui layar TV, dimana suami yang telalu posesif sering berperilaku kasar pada istri. Bahkan tidak sedikit artis yang mengalamii hal ini
Memang sulit menghadapi pasangan yang posesif. Belum tentu juga dia mau dibawa ke psikiater atau konselor. Karena mereka cenderung untuk membenarkan diri dan egois. Sebagai istri apakah pasangannya harus menyerah begitu saja ? Tentu saja tidak.
Sebagai pasangan kita harus meyakinkan dirinya, bahwa kita bisa diberi kepercayaan. Dan sedapat mungkin menjelaskan semua yang ingin dia tahu. Toh tidak ada yang perlu dirahasiakan antara kita dan pasangan bukan?, semuanya tergantung dari kesepakatan berdua.
Selalu berikan waktu luang untuk pasangan kita, habiskan hari-hari untuk tetap bersama dia dan anak-anak. Tetap Berikan pelayanan yang baik. Doronglah dia untuk mencari kesibukannya, dukung ia menikmati hobynya, pekerjaannya, yang bisa menyibukkan dirinya daripada harus bermain dengan pikirannya.
Komitmen berkeluarga tetap harus dipegang. Selalu harus diingat apa tujuan anda dan pasangan dalam membina hubungan dan fokuslah pada tujuan-tujuan yang sudah anda rencanakan itu. Karena pada dasarnya sebuah ikatan pernikahan itu dijalin bukan dilandaskan atas kemauan anda berdua saja, tetapi Tuhan telah memilihkan dia sebagai pasangan terbaik untuk anda dan berharaplah Tuhan selalu meridhai dan memberikan berkahNya untuk hubungan anda.
Kita manusia tidak ada yang sempurna, pasti ada kelebihan dan kekurangannya. Saat kita telah memutuskan untuk  menikah. Menerima pasangan kita apa adanya adalah hal yang terbaik. Jika ada yang kurang pada dirinya tugas kitalah untuk melengkapinya. Dan begitu juga sebaliknya.

sumber :

Tidak ada komentar:

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...