Selasa, 21 April 2015

tua mulia

Pergantian malam dan siang membuat semua yang ada di muka bumi ini terus berubah. Waktu berputar dan generasi pun bertukar. Bayi tumbuh menjadi kanak kanak, dan kemudian menjadi remaja. Tapi begitulah, saat anak anak bertumbuh menuju dewasa, orangtua justru mulai menapaki jalan menuruni keremangan senja.

Menjadi tua adalah sebuah keniscayaan. Tanpa mengabaikan fakta bahwa ada sebagaian orang yang tetap prima pada usia lanjut, namun secara umum fisik mengalami gejala kemunduran.
Hari hari yang berlalu ternyata begitu konsisten memberikan jatah usia sembari  mematahkan kerutan kerutan halus di kulit. Mata yang awalnya awas, secara perlahan tapi pasti menjadi redup. Rambut yang dulu hitam lebat , kini bukan hanya menipis, tetapi sebagian juga berubah warna menjadi keperakan. Ketika berdiri bersama anak muda usia dua puluhan, kita baru sadar kalau tubuh sudah agak condong ke depan. Dada yang tadinya tegap  kini malah maju olehperut yang semakin menggembung.

Sate kambing , tongseng atau tengkleng pada masa lalu begitu nikmat. Kini dihindari karenadua alasan, pertama, karena sebagian gigi kita telah usai menunaikan tugasnya dan kini pergi entah ke mana. Kedua karena duet penyakityang amat populer “kolestrol dan tekanan darah tinggi”.
Berbagai penyakit yang dulu hanya kita baca di majalah, kini mulai mampir dan ada yang kerasan tinggal di tubuh kita. Topik pembicaraan dengan teman mulai berubah, dari yang dulu mengenai pekerjaan ini dan itu, peluang ini dan itu, kini kita lebih suka membicarakan mengenai pengobatan alternative atau terapis yang tokcer.

Ah, sepertinya baru kemarin sore kita mencecap kemudaan. Kilasan kilasan fast motion masa lalu saat kita kecil, tumbuh dewasa, menikah dan memilki anak,rasanya baru sekedipan mata.Tapi itulah ketentuan Allah “Azza Wa Jalla”. Pergantian waktu adalah salah satu bukti kekuasaan Nya. Tak ada yang dapat menghentikannya kecuali jika dia sendiri yang berkehendak. Menjadi tua tidak bisa dilawan dengan menggunakan kosmetik, mengecat rambut, operasi plastic atau berdandan ala anak muda.

Serbuan informasi global sering menggemakan ketakutan untuk menjadi tua dan menyebarkan obsesi untuk terus muda. Banyak orang yang terbawa arus dan mengamini bahwa menjadi tua adalah bencana. Benarkah demikian? Sebenarnya, tradisi timur menawarkan cara pandang yang berbeda terhadap ketuaan. Tradisi timur amat menghargai ketuaan. Orangtua tidak lagi dipandang dari sisi keunggulan fisik, melainkan pada kualitas internal seperti  kearifan, kebijaksanaan, dan keteladanan. Kaum muda secara otomatis akan takzim pada orangtua karena hal hal tersebut.
Agama kita tidak mengajarkan manusia untuk bersusah payah agar selalu muda di dunia yang jelas jelas fana ini, melainkan bagaimana kita bisa mulai dan “hidup abadi” dengan apa yang kita tanam semasa hidup. Salah satunya adalah bagaimana kita menyiapkan anak anak untuk menjadi generasi yang tangguh, kuat sekaligus sholih dan sholihah. Generasi  yang seperti ini akan mampu mengalirkan kebaikan yang melintasi alam bagi generasi terdahulu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar