Senin, 05 Januari 2015

MENGHADAPI SIKAP ISTRI YANG TIDAK BERSAHABAT

Saya ikhlas menerima Pak Imron, demi ketentraman keluarga istri saya. Tapi yang terjadi diluar perhitungan saya. Istri saya marah besar kepada saya. Saya dituduh penghianat, tidak mau membela istri. Besoknya istri pergi dari rumah tanpa pamit tapi malam(nya) sudah kembali. Istri mengajukan diri untuk dicerai.

Sampai sekarang istri masih sangat marah, tidak mau diajak berhubungan, bahkan saya disuruh membeli kalau kepingin. ... Saya harus bagaimana Pak Imron?”. 

 

 

Saudaraku yang dicintai Allah...,

Bagaimanapun situasi yang kita hadapi dalam mengarungi bakhtera kehidupan berumah tangga, tentunya akan lebih baik jika kita mengambil sikap untuk lebih berhati-hati. Jangan sampai mengambil keputusan dalam keadaan marah. Apalagi sampai keluar kata “cerai” dari mulut kita. Karena orang yang sedang marah, sesungguhnya dia bukanlah dirinya yang sebenarnya. Tetapi dia telah menjadi sosok lain yang telah dikendalikan oleh syaitan. Na’udzubillahi mindzalika!

Saudaraku…,

Jika kita dihadapkan pada situasi yang sangat sulit yang telah memancing amarah kita, maka lebih baik kita diam seribu bahasa / jangan sampai mengambil keputusan vital. Biarkan situasi yang sedang panas itu reda terlebih dahulu, baru setelah itu bicarakan masalah yang dihadapi secara baik-baik.

Saudaraku mengatakan bahwa istri minta cerai?

Santai saja, wahai saudaraku. Selama kita masih menjalankan kewajiban kita sebagai suami dengan baik serta tidak sedikitpun kata “cerai” terucap dari mulut kita, maka sampai kapanpun proses perceraian itu tak bakal terjadi. Bahkan sang istri telah jatuh dalam perbuatan nusyuz.

الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاء بِمَا فَضَّلَ اللهُ بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ وَبِمَا أَنفَقُواْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِّلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللهُ وَالَّاتِي تَخَافُونَ نُشُوزَهُنَّ فَعِظُوهُنَّ وَاهْجُرُوهُنَّ فِي الْمَضَاجِعِ وَاضْرِبُوهُنَّ فَإِنْ أَطَعْنَكُمْ فَلَا تَبْغُواْ عَلَيْهِنَّ سَبِيلًا إِنَّ اللهَ كَانَ عَلِيًّا كَبِيرًا ﴿٣٤﴾

“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang ta`at kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya*, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah** mereka. Kemudian jika mereka menta`atimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar”. (QS. An Nisaa’. 34).

*) Yang dimaksud dengan nusyuz adalah kesombongan istri, seperti menolak suaminya dari jima’ (bersetubuh) atau menyentuh badannya atau menolak pindah bersama suaminya atau menutupi pintu terhadap suaminya yang mau masuk atau minta cerai atau keluar dari rumah tanpa ijin dari suaminya (tentunya semuanya itu jika tanpa disertai dengan alasan yang dibenarkan agama).

**) Memukul di sini adalah memukul dengan pukulan yang tidak sampai melukai fisik sang istri, ditujukan agar sang istri segera menghentikan perbuatannya tersebut.

Saudaraku mengatakan bahwa sampai sekarang istri masih sangat marah?

Santai saja, wahai saudaraku. Jika istri masih marah, biarkan saja sampai dia capek dengan kemarahannya. Ingat, bahwa orang yang marah itu memerlukan energi yang besar. Sehingga bisa dipastikan bahwa seseorang tidak akan mampu untuk terus-menerus dalam keadaan marah. Sabar saja, wahai saudaraku. Biarkan situasi yang sedang panas itu reda terlebih dahulu, setelah itu bicarakan masalah yang dihadapi secara baik-baik.

Untuk menguatkan saudaraku, ketahuilah bahwa sesungguhnya hidup ini teramat indah. Selama kita hidup di dunia ini, tidak ada kesedihan yang berlangsung terus-menerus. Tidak ada kesulitan yang berlangsung terus-menerus. Demikian juga sebaliknya, tidak ada kesenangan yang berlangsung terus-menerus. Tidak ada pula kebahagiaan yang berlangsung terus-menerus.

Saudaraku…,

Perhatikanlah rangkaian peristiwa yang kita alami sepanjang perjalanan hidup ini. Terkadang kita dapat merasakan bahagianya hidup ini, juga perasaan senang. Sedangkan pada saat yang lain kita juga merasakan sulitnya hidup ini. Begitu seterusnya, perasaan sedih, gembira, terharu, bahagia, dst. silih berganti, sehingga menjadikan hidup ini terasa lebih bermakna, tidak monoton dan membosankan. Hingga akhirnya, barulah kita semua menyadari bahwa ternyata hidup ini teramat indah.

Saudaraku mengatakan bahwa sampai sekarang istri masih sangat marah, tidak mau diajak berhubungan, bahkan saudaraku disuruh membeli kalau kepingin?

Biarkan saja dahulu, sampai marahnya reda. Sebagai manusia yang normal, secara naluriah kedua belah pihak sama-sama membutuhkannya, saudaraku. Jadi santai saja. Untuk sementara ini, saudaraku bisa menekan keinginan tersebut dengan menyibukkan diri dengan berbagai kegiatan positif. Yakinlah jika pada akhirnya istri juga nggak akan kuat menahan keinginannya.

Dan jika pada akhirnya sang istri sudah mulai menyadari kesalahannya kemudian mulai belajar untuk berubah ke arah yang lebih baik, sebaiknya maafkanlah kesalahannya. Semoga kelapangan dada kita dalam menghadapi keadaan yang demikian sulit ini, dapat dilihat oleh Allah sebagai amal kebajikan sehingga dapat menambah ketakwaan kita kepada-Nya. Amin!

Saudaraku mengatakan bahwa Si Bungsu sering memutar balikkan kata-kata?

Jika memang demikian keadaannya, maka untuk sementara waktu sebaiknya hindari dahulu pertemuan dengannya. Tunggu sampai kondisi keluarga stabil. Baru setelah itu, saudaraku bisa mendatangi Si Bungsu (beserta keluarga istri / mertua) dengan baik-baik untuk membahas kasus tersebut dengan baik-baik pula.

Jika pada akhirnya mereka menyadari kesalahannya kemudian mulai belajar untuk berubah ke arah yang lebih baik, sebaiknya maafkanlah kesalahannya. Semoga kelapangan dada kita dalam menghadapi keadaan yang demikian sulit ini, dapat dilihat oleh Allah sebagai amal kebajikan sehingga dapat menambah ketakwaan kita kepada-Nya.

Namun jika ternyata mereka tetap seperti sekarang (bahkan kondisinya semakin memburuk) sehingga saudaraku tidak mampu lagi untuk memaafkan kesalahan mereka, maka kembalikan semua urusan ini hanya kepada-Nya. Yakinlah, bahwa Allah akan memberikan keputusan terbaik diantara kita. Karena Allah adalah Tuhan Yang Maha Bijaksana, sebagaimana janji-Nya dalam Al Qur’an surat Al An’aam ayat 18:

وَهُوَ الْقَاهِرُ فَوْقَ عِبَادِهِ وَهُوَ الْحَكِيمُ الْخَبِيرُ ﴿١٨﴾

”Dan Dialah yang berkuasa atas sekalian hamba-hamba-Nya. Dan Dialah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui”. (QS. Al An’aam. 18).

Demikian yang bisa kusampaikan. Mohon koreksinya jika ada kekurangan / kesalahan. Juga mohon maaf jika kurang berkenan. Hal ini semata-mata karena keterbatasan ilmuku.

Semoga bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar