Minggu, 05 Agustus 2012

sejarah candi Borobudur

CANDI BOROBUDUR DALAM SEBUAH CERITA HISTORIS BERDIRINYA

Candi Borobudur yang memiliki keindahan setiap relief di setiap tingkatnya selalu memberikan kesan indah tersendiri bagi setiap jiwa yang memandangnya.Salah satu menikmati Candi Borobudur yaitu dengan melakukan kuntobimo di dalam stupa demi terwujudnya semua keinginan, walau hanya sebuah mitos hal ini dapat membuat penasaran para pengunjung untuk mencobanya.

Namun pesan yang terkandung dalam mitos tersebut dapat penulis garis bawahi, dengan melihat dan menyaksikan Candi Borobudur dari dekat, kita bisa menyentuh dan merasakan keindahannya secara detail dengan menikmati fenomena alam yang dapat dinikmati di sekitarnya.Karena dalam melakukan upaya menyentuh stupa yang tertutup dan hanya melalui lubang kecil, dengan tekad yang kuat dan tetap fokus maka kita dapat mencapainya. Dan pesan itu mengandung pembelajaran bagi setiap manusia yang hidup dan mau berfikir jernih dengan menggunakan akal sehat, siapapun yang berusaha maka dia akan berhasil dalam hidupnya dengan selalu dapat mengendalikan hawa nafsunya.


Dengan menyaksikan Candi Borobudur dari dekat, kita akan memahami bahwa Candi Borobudur memiliki sepuluh tingkat, dan terbagi menjadi tiga teras, yaitu Kamadatu, Rupadatu, dan Arupadatu. Dan kita bisa menikmati lubang stupa di Kamadatu yang berbentuk belah ketupat, sedangkan lubang stupa di Arupadatu berbentuk segi empat. Bukan hanya itu saja yang dapat kita nikmati di Candi Borobudur, kita dengan mudah melihat dan membayangkan secara langsung bagaimana proses berdirinya Candi Borobudur dengan membayangkan dua juta buah batu andesit yangtersusun rapih ini berdiri sambil melihat langsung sebesar apa setiap balok batu Candi Borobudur yang telah berusia 1.200 tahun itu.

Penulis Bersama Peserta
Bila kita enggan bergerak beberapa kilometer, ada cara lain untuk menikmati Candi Borobudur ini. Bila kita ke arah barat daya, ke Desa Karangrejo, di sana ada bukit bernama Tuk Stumbu yang menjadi tempat favorit para fotografer mengambil gambar Candi Borobudur menjelang matahari terbit, saat masih bersaput kabut tebal dan rendah. Kita akan menemukan fenomena alam yang sangat indah, karena hanya bagian atas Candi yang terlihat, seolah kita sedang duduk manis di atas awan.

Namun, dikarenakan penulis tiba di loksi ini pada waktu siang hari, penulis tidak mengambil arah Desa Karangrejo. Dari puncak Candi Borobudur penulis dapat melihat pemandangan lepas betapa gunung-gunung Merapi, Merbabu, dan Tidar sambung-menyambung mengelilingi sebuah lembah luas di depan mata penulis. Lembah yang datar dan berwarna hijau yang indah.

Dalam perjalanan kali ini penulis bertemu degan seorang pemandu lokal Candi Borobudur yang dapat penulis gali informasinya.Budiyanto namanya, dia mangajak penulis untuk berbagi informasi tentang historis berdirinya Candi Borobudur ini. Budiayabto menerangkan bahwa di tengah-tengah lembah datar dan luas pada saat kami beranjak pergi, di menerangkan bahwa ada satu gundukan kecil, dan itulah yang dinamakan Bukit Borobudur, bukit kecil tempat Candi Borobudur berdiri.

Desa Jayan (njayan) yang dulunya merupakan tempat prajurit berlatih bela diri. Jayan berasal dari istilah joyo kawijayan (unggul, sakti). Desa Janan (Njanan) yang berada di timur laut Candi Borobudur. Bila kita perhatikan secara perlahan bunyi konsonannya kata "janan" terdengar hampir mirip dengan"sarjana". Dan "Janan" diperkirakan tempat berkumpulnya para pandai spesialis pembuat candi.

Ketika penulis berdiri dilokasi dan melihat Candi Borobudur dalam posisi fokus, terbesit dalam pikiran penulis tentang seniman Belanda W.O.J Nieuwenkamp sampai dia mengeluarkan hipotesis bahwa di sekitar Candi Borobudur terdapat danau kuno, dan Candi Borobudur diibaratkan bunga teratai yang mengapung di tengah-tengah sebuah danau.

Hipotesis yang dilakukan oleh W.O.J Nieuwenkamp tentang danau purba itu dibenarkan oleh Marsis Sutopo, Kepala Balai Konservasi Peninggalan (BKP) Borobudur, tetapi tidak benar jika candinya berdiri dikelilingi danau. Lembah datar tersebut ada pada zaman purba, dan itu merupakan sebuah danau yang kemudian tertutup endapan lahar gunung berapi.

Sedangkan informasi yang penulis dapatkan dari beberapa diskusi dengan nara sumber Balai Konservasi Peninggalan (BKP) Borobudur, "Danau itu diperkirakan ada jutaan tahun lalu, sedangkan umur Candi Borobudur baru seribu dua ratus tahun. Dan di sekitar candi Borobudur dulunya merupakan rawa dan kampung yang sepi. Maka dibangunlah sebuah candi sebagai tempat melakukan ritual semedi untuk mencari ketenangan.

Informasi yang penulis dapatkan ari sebuah cerita masyarakat turun temurun di  Candirejo adalah yang di sampaikan Budiyanto sebagai berikut. Dari tubir lembah, dia menunjuk lokasi desa-desa yang memiliki andil hingga Candi Borobudur yang megah ini berdiri

Di sebelah tenggara Candi Borobudur terdapat Dusun Kerekan yang memilki sungai yang tidak selebar sungai Progo. Sungai ini memilki lebar +/- 2 meter. Dalam penjelasannya Budi memberitahukan bahwa batu-batu sungai Pabelan-lah yang digunakan sebagai bahan pembangunan Candi Borobudur. Dan sekarang sungai tersebut tidk berbatu lagi, dikarenakan batunya sudah di pergunakan untuk pembangunan Candi Borobudur. Dari aktivitas pengambilan batu dari sungai juga lahir nama Kerekan sebagai nama dusun, nama ini timbul dikarenakan pada saat mengangkut batu-batu tersebut menggunakan kerekan.

Kemudian batu-btu kali diangkut perahu melawan arus Desa Gopalan di sebelah selatan Candi Borobudur. Dan kata Gopalan itu sendiri berasal dari kata gupala (patung dwarapala), yaitu sepasang patung penjaga di kiri-kanan pintu. Di desa ini ditemukan bekas pintu gerbang dan dermaga.

Setelah didaratkan batu-batu tersebut dibawa ke Bukit Dagi (pengucapan masyarakat setempat sering menyebutnya dengan Ndagi), yang letaknya dibarat laut candi. Dagi memiliki arti "pemahat". Disinilah batu-batu kali tersebut di pahat, baru kemudian dibawa ke Bukit Borobudur untuk disusun.

Lanjut cerita Budi. Para kuli kasar pembangunan candi diasramakan di tempat yang sekarang bernama Desa Kenayan, di sebelah utara candi. Keyanan memilki makna tempat para kenaya (kuli). Ketika para pekerja ingin menghibur diri setelah lelah kerja seharian, mereka pergi ke suatu tempat untuk mendengar permainan gamelan. Dan tempat tersebut sekarang bernama Desa Gendingan yang berasal dari kata gending atau lagu.

Di sebelah utara Desa Gendingan tempat permainan gamelan terdapat Desa Bogowarti. Bogowarti merupakan sebuah nama yang mengingatkan penulis dengan sosok seorang wanita tua yang tidak lain adalah nenek kandung penulis sendiri yang berasal dari tanah Jawa. Menurut informasi yang penulis pernah dapatkan dari beliau Bogowati merupakan istilah dari "tata boga". Ternyata di tempat inilah para petugas dapur umum berkumpul untuk mempersiapkan makanan bagi para pekerjanya untuk membangun sebuah Candi mahakarya yang bernama Candi Borobudur. Dan tidak jauh dari tempat ini ada pula Desa bernama Paren yang diperkirakan dulunya menjadi tempat lumbung padi. Paren ini berasal dari kata pari yang berarti padi.

Desa Jayan (Njayan) dulunya merupakan tempat prajurit berlatih bela diri. Jayan berasal dari istilah joyo kawijayan (unggul, sakti). Desa Janan (Njanan) berada di timur laut Candi Borobudur. Perhatikan, "janan" terdengar mirip dengan "sarjana". Janan diperkirakan sebagai tempat berkumpulnya para spesialis cerdik pembuat candi.

Masih ada satu lagi informasi tentang Candi Borobudur yang penulis dapatkan pada saat bincang-bincang dengan Budi. Menurut versi penduduk Candirejo, yakni letak Keraton Mataram Kuno, Budi mengarahkan jari telunjuknya ke arah timur laut candi, sebelah utara mendut Desa Palbapang. Letak Palbapang berjarak sekitar 11 km dari Candi Borobudur, desa ini berada di antara Magelang dan Yogyakarta.

Informasi yag penulis dapatkan semuanya dalam perjalanan ini memang informasi yang bukan dapat dipertanggungjawabkan, hal ini dikarenakan para ilmuan arkeologi sendiri belum menemukan di mana dahulu letak Keraton mataram Kuno yang sesungguhnya.

Namun, sudah erbuka satu cakrawala pengetahuan baru bagi masyarakat untuk memahami Candi Borobudur dengan cara menarik, tidak seberat menghafal tahun dan nama raja. Hal ini mengingatkan penulis dengan cara metode pada orang tua kita pada zaman kuno. mereka dapat menjelaskan dengan sebuah cerita sejarah secara tutur katanya runut atau pun urut, sama dengan melenakannya dengan menikmati dongeng sebelum tidur.

Lihatlah keindahan dan keunikan Candi Borobudur yang selalu menyampaikan pesan yang di bawa dari seorang arsitektur yang melahirkan sebuah seni karya untuk sebuah bangunan  pada jaman  kuno, yang mendirikannya pada setiap mata dan jiwa hadir di sana. Tidak lupa penulis kemas dalam showreel portofolio video untuk sebuah kemegahan Candi Borobudur yang durasinya kurang dari satu menit.


sumber :
borobudur

Tidak ada komentar:

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...