Kaget juga awalnya sewaktu kami ingin mengunjungi Pantai Ngobaran, Nguyahan, dan Ngrenehan yang indah di Wonosari,
tiba-tiba di tengah perjalanan terdapat plang petunjuk jalan menuju air
terjun dengan nama yang aneh dan bikin tertawa geli yang membuat kami
penasaran ingin mendamparkan diri ke air terjun atau curug itu. Nama air
terjun tersebut adalah Air Terjun Sri Gethuk. Apa makna dan hubungannya
coba nama Sri dan Gethuk digabungkan.
Asal Nama
Karena merasa janggal dengan penamaan
“Sri Gethuk”, saya pun mencari-cari informasi sejarah penamaannya. “Sri”
sendiri biasanya digunakan untuk gelar kehormatan bagi raja, orang
besar, atau orang yang dimuliakan, misalnya Sri Paduka, Sri Sultan, Sri
Baginda, dan lain sebagainya. “Sri” juga sering digunakan untuk nama
seseorang yang melambangkan kebahagiaan, kemuliaan, kemakmuran, dan sisi
positif lainnya. Kalau “Gethuk”? “Gethuk” adalah makanan dari Jawa yang
terbuat dari singkong yang direbus, dilembutkan, dan dipadatkan. Kalau
“Sri Gethuk”?
Air Terjun Sri Gethuk mempunyai nama
lain Air Terjun Slempret/Slompret. Konon, lokasi ini merupakan tempat
penyimpanan “kethuk”, nama salah satu instrumen gamelan milik Jin Anggo
Meduro. Cara memainkan alat musiknya yaitu dengan di-gethuk atau
digetok/dipukul. Wah kirain nama Sri Gethuk berasal dari nama makanan
khas Jawa yang bernama Gethuk. Sedangkan arti kata Slompret/Slempret
adalah terompet dalam Bahasa Jawa. Katanya, pada malam-malam tertentu
penduduk setempat dapat mendengarkan suara-suara terompet dan gamelan
ini… Hiiiiyyy… Serem…
De Green Grand Canyon La Southern Mountain
Halah ngomong apa sih, gak bisa bahasa
Perancis pulak. Maksudnya adalah Air Terjun Sri Gethuk yang berada di
Gunung Kidul ini mempunyai pemandangan mirip Green Canyon, Pangandaran,
Jawa Barat. Sedangkan Green Canyon sendiri mempunyai pemandangan mirip
dengan Grand Canyon di Amrik sono. Nah loe, bingung kan? Sama dong…
Maksud saya kemiripannya terletak dari sungai yang membelah ngarai…
Sangat eksotis lho…
Untuk menuju ke air terjun ini ada dua
cara, alternatif pertama adalah melewati sawah-sawah yang licin dan
(katanya) membahayakan. Wah serem juga yess? Alternatif kedua, ini cara
yang saya gunakan, adalah dengan naik kapal kotak. Eh kapal apa pula
itu? Ya… Kapal berbentuk kotak (benar-benar penjelasan yang malas).
Lebih aman, menyenangkan, lebih banyak pemandangan yang dilihat, dan
bayar pula (loh? bayar kok malah seneng). Yup, naik si kapal kotak kudu
bayar Rp5.000/orang.
sumber : Gethuk
Tidak ada komentar:
Posting Komentar