Ada Lagi, Situs Megalith Misterius Mirip “Gunung Padang” Namun Ini di Cilacap!
Lokasi ini juga dikeramatkan warga sekitar. Ada struktur balok-balok batu yang tersusun.
Di sebuah pegunungan di Desa Salebu, Kecamatan Majenang, Cilacap,
ditemukan pula sebuah situs kuno yang juga disebut warga sekitar sebagai
Gunung Padang. Situs megalitikum ini menampilkan struktur balok-balok
batu segi empat, segi lima dan segi enam yang rebah ke arah timur.
Panjang rata-rata balok batu ini tiga sampai empat meter, tersusun
sampai ketinggian 30 meter, lebar 15 meter dan panjang 20 meter. Di sisi
sebelah barat terdapat sebuah makam yang menurut warga sekitar adalah
pembuat situs dan konon masih trah keturunan Kerajaan Pajajaran.
Di sebelah kiri dan kanan situs ini terdapat masing-masing gua. Juru
kunci situs, Suganda, menyebut, gua sebelah kanan mengeluarkan wangi
harum, sementara yang di sebelah kiri berbau amis. Gua-gua ini menjadi
sasaran pertama atau peziarah belakangan ini ramai berkunjung.
Untuk menuju ke lokasi situs Gunung Padang dari Ibukota Kecamatan
Majenang butuh waktu empat jam menuju ke desa terakhir yaitu Desa
Cibeunying. Selanjutnya dari desa terahir menuju ke lokasi situs yang
terletak di Desa Salebu harus berjalan kaki selama satu jam melintasi
hutan.
Sementara itu, Hizi Firmansyah, seorang pemerhati lingkungan dan
benda cagar budaya, mengaku sangat prihatin dengan kondisi situs Gunung
Padang. Menurutnya, kondisinya sangat rusak dan tidak terawat. Hingga
saat ini belum pernah ada perhatian dari pemerintah daerah untuk
melakukan perhatian terhadap situs yang memiliki nilai sejarah yang
tinggi ini.
Penyadaran Masyarakat
Sebelum semakin rusak parah, perlu ada penyadaran terhadap masyarakat
yang tinggal di sekitar situs untuk melakukan perhatian dan mulai
menjaga dan merawat benda bersejarah tersebut. Selain warga, juga perlu
ada campur tangan pemerintah daerah melalui dinas pariwisata untuk
melakukan upaya terhadap benda purbakala yang jika dikelola dengan baik
akan menjadi potensi pariwisata yang menarik.
Penemuan Gunung Padang di Majenang ini sendiri sudah sejak beberapa
tahun lalu. Harian lokal Jawa Tengah, Suara Merdeka, menyatakan, situs
ini terungkap pada 2008 lalu, di kawasan yang sebelumnya dianggap
keramat oleh warga setempat.
Kini temuan Gunung Padang di Majenang ini jadi hangat lagi diperbincangkan menyusul terungkapnya sejumlah fakta baru mengenai Gunung Padang di Cianjur.
Temuan terbaru dari tim riset yang dikomandoi Staf Khusus Presiden
bidang Bencana dan Bantuan Sosial, Andi Arief, menemukan fakta situs
Gunung Padang adalah struktur yang dibuat manusia menyerupai punden
berundak-undak, dengan usia pembangunan minimal 6.000 tahun yang lalu.
(ren)
Situs di Gunung Padang, Desa Salebu, Majenang, Cilacap, Jawa Tengah,
juga berbentuk bebatuan yang tersusun mendekati bentuk piramida. Namun
sayangnya, separuh situs ini sudah rusak berat oleh akibat alamiah atau
pun ulah manusia.
Hizi Firmansah, seorang aktivis pemerhati situs ini, hingga saat ini,
belum ada upaya konservasi terhadap situs bebatuan ini. Minggu 27 Mei
2012, Hizi menyebutkan terahir tahun 2008 bentuk dari situs ini masih
sangat terlihat bagus, namun saat ini kondisinya telah banyak yang
rusak.
Kerusakan terparah terlihat pada bagian tangga, selain tertutup semak
belukar, bagian ini juga sudah tidak terlihat bentuk aslinya karena
telah longsor. Selain itu, sebagian bebatuan yang panjang juga beberapa
sudah patah dan di sekitar lokasi tidak terlihat patahan bebatuan
tersebut.
Meski begitu, kata Hizi, dibandingkan dengan situs serupa yang
ditemukan di Gunung Padang Cianjur, susunan bebatuan Desa Salebu,
Cilacap, ini meski sebagian tertutup tanah, terlihat menjulang seperti
piramida. Terlihat sejumlah bebatuan tersusun dalam bentuk kuncian yang
mengindikasikan rekayasa oleh tangan-tangan manusia.
Untuk melihat sistem kuncian batu ini, saksikan gambar-gambarnya di sini (vivanews).
Situs megalitikum ini menampilkan struktur balok-balok batu segi empat, segi lima dan segi enam yang rebah ke arah timur. Panjang rata-rata balok batu ini tiga sampai empat meter, tersusun sampai ketinggian 30 meter, lebar 15 meter dan panjang 20 meter. Di sisi sebelah barat terdapat sebuah makam yang menurut warga sekitar adalah pembuat situs dan konon masih trah keturunan Kerajaan Padjajaran.
Situs megalitikum ini menampilkan struktur balok-balok batu segi empat, segi lima dan segi enam yang rebah ke arah timur. Panjang rata-rata balok batu ini tiga sampai empat meter, tersusun sampai ketinggian 30 meter, lebar 15 meter dan panjang 20 meter. Di sisi sebelah barat terdapat sebuah makam yang menurut warga sekitar adalah pembuat situs dan konon masih trah keturunan Kerajaan Padjajaran.
Di sebelah kiri dan kanan situs ini terdapat masing-masing gua. Juru
kunci situs, Suganda, menyebut, gua sebelah kanan mengeluarkan wangi
harum, sementara yang di sebelah kiri berbau amis. Gua-gua ini menjadi
sasaran pertapa atau peziarah belakangan ini ramai berkunjung. (umi)
*
Perhutani Hibah Lahan Gunung Padang Cilacap
Tanahnya masih dimiliki Perhutani, namun warga disilakan mengelola lahan lokasi situs itu
Untuk melindungi situs bebatuan yang berbentuk piramida di kawasan
Gunung Padang, Desa Salebu, Kecamatan Majenang, Cilacap, Jawa Tengah,
Perhutani mengalokasikan 7 hektare lahan untuk melindungi kawasan itu.
Menurut Suratman, Asisten Perhutani Wilayah Kecamatan Majenang,
Perhutani menetapkan kawasan itu sebagai hutan lindung terbatas. Status
kawasan tersebut masih dimiliki oleh Perhutani namun pengelolaannya
sepenuhnya diserahkan kepada warga masyarakat.
Sementara itu, juru kunci Gunung Padang, Suganda, menyatakan, sejak
Perhutani menyerahkan pengelolaan kawasan hutan di sekitar situs untuk
dikelola oleh warga, kawasan tersebut kini ditumbuhi semak belukar
karena tidak terawat. Sebagian warga memanfaatkan lahan di tepian untuk
menanam berbagai macam tanaman.
Meski telah mendapat hak pengelolaan kawasan hutan yang ada di
sekitar situs, namun warga yang tinggal di kawasan situs tidak dapat
berbuat banyak. Selama ini upaya yang dilakukan warga hanya sebatas
menjaga kawasan situs agar tidak dijamah oleh masyarakat luas yang
berakibat pada kerusakan situs yang semakin parah. (umi)
*
Gunung Padang Cilacap Berbentuk Piramida
Saat ini kondisinya rusak parah terutama karena akibat alamiah.
Situs di Gunung Padang, Desa Salebu, Majenang, Cilacap, Jawa Tengah,
juga berbentuk bebatuan yang tersusun mendekati bentuk piramida. Namun
sayangnya, separuh situs ini sudah rusak berat oleh akibat alamiah atau
pun ulah manusia.
Hingga saat ini belum ada hasil penelitian yang dapat menjelaskan
tentang situs kuno bebatuan yang tersusun rapi berbentuk piramida ini.
Menurut Suganda, juru kunci situs, ada cerita rakyat yang berkembang
di desa-desa sekitar kawasan situs ini. Konon, pada zaman kerajaan
Padjajaran, Naganingrum, istri pertama Raja Padjajaran Prabu Kian
Santang, pada saat hamil meminta dibangunkan istana di sebelah timur
kerajaan Padjajaran.
Masyarakat sekitar meyakini, tumpukan batu yang tersusun rapi ini
konon yang dipersiapkan untuk membuat istana. Namun karena anak yang
sebelumnya diketahui berjenis kelamin laki laki pada saat lahir, dibuang
dan diganti dengan anak anjing, Prabu Kian Santang marah dan
pembangunan keraton timur dibatalkan.
Warga berharap, ada sebuah penelitian yang dapat menjelaskan mengenai
situs tersebut. Selain untuk mengetahui sejarah, situs bebatuan kuno
yang berbentuk piramida ini juga sangat indah dan berpotensi sebagai
sebuah kawasan cagar budaya yang dapat dijadikan tujuan wisata. (umi)
*
Keanehan di “Piramida” Gunung Padang Cilacap
Ada batu yang formasinya mirip tumpukan permainan tetris.
Tumpukan batu mirip piramida atau punden berundak itu berada di
pelosok kawasan pegunungan Desa Salebu, Kecamatan Majenang, Cilacap,
Jawa Tengah. Entah berapa lama ia teronggok di sana, bisa ratusan atau
mungkin ribuan tahun.
Masyarakat sekitar menyebutnya sebagai Gunung Padang, menjadikannya
tempat keramat untuk ritual tertentu. Keberadaannya baru terkuak pada
khalayak luas lewat media massa tahun 2008 lalu.
Tak mudah untuk mencapai lokasi Gunung Padang. Butuh waktu empat jam
dari Desa Salebu, menyusuri hutan pinus melewati sungai kecil
Cikahuripan. Lalu masuk lagi ke hutan lindung, menempuh perjalanan di
jalan sempit, menerobos semak belukar. Hingga sampai di sebuah mata air.
Di sana, pengunjung diminta melakukan ritual, berwudhu dan
mengumandangkan adzan. Perjalanan dilanjutkan dengan menyusuri tebing
menuju ke arah tumpukan batu menjulang.
Di pintu gerbang, ritual kedua dilakukan. Juru kunci melemparkan
sejumlah koin ke bebatuan. Sudah banyak recehan berserakan di sana.
Suganda, nama juru kunci itu, lalu membakar kemenyan, komat-kamit
mengucap mantera.
Lalu, ia mengambil sebuah tongkat kecil, sepanjang tangan orang dewasa. Pria paro baya
itu, menusukkannya ke batuan. Yang aneh, tongkat itu terlihat lebih
panjang. “Ini pertanda kunjungan ke situs direstui,” kata Ganda kepada VIVAnews.
Dia menjelaskan, sudah lama warga sekitar mengkeramatkan tumpukan
batu itu. Konon, cerita yang beredar, batu-batu itu adalah bahan
bangunan untuk mendirikan keraton Kerajaan Padjajaran yang urung
didirikan. Di sebelah kiri dan kanan situs ini terdapat gua. Kata
Suanda, sebelah kanan mengeluarkan wangi harum, sementara yang di
sebelah kiri bau amis.
Pemerhati budaya asal Majenang, Hizi Firmansyah mengatakan, 30 persen
situs telah rusak. Padahal tahun 2008 lalu ia masih terlihat kokoh.
Yang tak kalah unik dari Gunung Padang Cilacap adalah batuan
pembentuknya. Balok-balok batu granit yang terpahat rapi disusun
teratur, rebah memajang ke arah timur. Ada batu segi empat, segi lima,
dan segi enam.
Rata-rata satu balok memiliki panjang 3 sampai 4 meter, setinggi 30
meter. Sebagian struktur tertimbun tanah. Pembuatnya, entah siapa,
dipastikan menguasai teknologi maju. Salah satu buktinya, teknik kuncian
batu yang bentuknya mirip formasi tetris.
Yang jadi pertanyaan besar adalah, bagaimanakah nenek moyang kita
bisa membentuk dan menata batu-batu rapi itu di atas gunung yang
dikelilingi hutan belantara.
Ahli geologi akan meneliti
Kini, setelah media ramai memberitakan struktur batu aneh di Gunung Padang Cilacap, ahli geologi dari Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Muhammad Aziz berniat memeriksa batuan yang ada di sana.
Kini, setelah media ramai memberitakan struktur batu aneh di Gunung Padang Cilacap, ahli geologi dari Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Muhammad Aziz berniat memeriksa batuan yang ada di sana.
Harus dibuktikan secara ilmiah, apakah ia merupakan manifestasi dari
sebuah proses alamiah atau memang batuan tersebut terbentuk karena
sebuah proses kreatifitas manusia pada zaman dahulu.
Salah satu metode yang akan dilakukan yaitu dengan menelaah lokasinya
pada peta geologi. Untuk mengetahui apakah di sana berpotensi muncul
struktur batuan secara alamiah.
Jika diketahui, batuan yang ada tidak sama dengan potensi jenis
batuan yang terdapat di peta geologi, maka kemungkinan batuan tersebut
merupakan buatan manusia.
Tak hanya secara geologi, juga butuh kajian disiplin ilmu lain,
yakni arkeologi dan sejarah untuk memastikan, apakah Gunung Padang
Cilacap adalah situs sejarah, atau mungkin layak disebut situs
purbakala. Juga untuk menentukan usia batuan itu. (umi/VIVANEWS.COM)
sumber : gunung padang Cilacap
Tidak ada komentar:
Posting Komentar