Ternyata tidak semua
pria dapat dengan dewasa menerima kenyataan bahwa kebebasan pasangnya
adalah suatu hak dasar bagi semua orang. Masih banyak kita saksikan
setelah menikah umumnya kaum wanita menjadi seorang perempuan yang
terikat kebebasannya. Benar memang saat memutuskan menikah kita kaum
hawa adalah sepenuhnya hak suami. Namun saya menemukan di sekitar saya
seorang istri yang sangat dikekang oleh suaminya.
Padahal menurut hemat
saya, saat kita menjalin hubungan baik dalam masa pacaran ataupun dalam
pernikahan bukan berarti semua hak-hak dan kebebasan kita sebagai
perempuan di rampas begitu saja oleh pria atau suami. Tentu saja
kebebasan yang saya maksud di sini adalah kebebasan yang dijalankan
sesuai dengan batas-batas norma yang berlaku di masyarakat kita.
Perempuan juga
memiliki hak untuk meniti karir, memilki pekerjaan tambahan, bahkan
memilih teman. Pasangan yang posesif terkadang membatasi semua ruang
gerak perempuan. Apa saja dilarang, sedikit-sedikit cemburu, selalu
diawasi setiap gerak gerik pasangannya. Baru berangkat beberapa menit
dari rumah langsung ditelpon berkali-kali. Salah satu
keluarga dekat saya pernah mengalami kasus ini, si istri sangat cantik,
karena kecantikannya sang suami tidak membolehkannya hanya sekedar untuk
merias wajahnya serta tidak diberikan kebebasan untuk bekerja. Hingga
istrinya menjadi ibu rumahtangga dengan kondisi yang sangat tertekan.
Dengan perilaku
posesif seperti ini, tentu saja ruang gerak isteri sering dibatasi. Dan
tentu akan menganggu karir dan menyebabkan ketidak nyamanan pada
dirinya. Kalau sudah begini, percecokan dalam rumah tangga akan semakin
terbuka lebar dan dapat berujung pada perceraian. Kita dapat melihat
beberapa kasus KDRT melalui layar TV, dimana suami yang telalu posesif
sering berperilaku kasar pada istri. Bahkan tidak sedikit artis yang
mengalamii hal ini
Memang sulit menghadapi pasangan yang posesif. Belum
tentu juga dia mau dibawa ke psikiater atau konselor. Karena mereka
cenderung untuk membenarkan diri dan egois. Sebagai istri apakah
pasangannya harus menyerah begitu saja ? Tentu saja tidak.
Sebagai pasangan kita
harus meyakinkan dirinya, bahwa kita bisa diberi kepercayaan. Dan
sedapat mungkin menjelaskan semua yang ingin dia tahu. Toh tidak ada yang perlu dirahasiakan antara kita dan pasangan bukan?, semuanya tergantung dari kesepakatan berdua.
Selalu berikan waktu
luang untuk pasangan kita, habiskan hari-hari untuk tetap bersama dia
dan anak-anak. Tetap Berikan pelayanan yang baik. Doronglah dia untuk
mencari kesibukannya, dukung ia menikmati hobynya, pekerjaannya, yang
bisa menyibukkan dirinya daripada harus bermain dengan pikirannya.
Komitmen berkeluarga
tetap harus dipegang. Selalu harus diingat apa tujuan anda dan pasangan
dalam membina hubungan dan fokuslah pada tujuan-tujuan yang sudah anda
rencanakan itu. Karena pada dasarnya sebuah ikatan pernikahan itu dijalin
bukan dilandaskan atas kemauan anda berdua saja, tetapi Tuhan telah
memilihkan dia sebagai pasangan terbaik untuk anda dan berharaplah Tuhan
selalu meridhai dan memberikan berkahNya untuk hubungan anda.
Kita manusia tidak ada
yang sempurna, pasti ada kelebihan dan kekurangannya. Saat kita telah
memutuskan untuk menikah. Menerima pasangan kita apa adanya adalah hal
yang terbaik. Jika ada yang kurang pada dirinya tugas kitalah untuk
melengkapinya. Dan begitu juga sebaliknya.
sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar