Kamis, 26 Juli 2012

Prasasti Ciarunteun Peninggalan Kerajaan Tarumanegara

Oleh : A. Sari
Perjalanan menuju Prasasti Ciarunteun sangat mengagumkan. Dari pusat kota Bogor, kita perlu beberapa kali berganti angkot. Angkot terakhir sampai di pasar Ciampea. Dari situ tinggal melanjutkan ke desa Ciarunteun Hilir tepatnya dengan naik ojeg untuk mengantar ke lokasi. Karena jalannya memang cukup sempit untuk dilalui mobil.
Memasuki desa ini, sudah terasa pada kami, angin bertiup sangat sejuk dan menggelitik pipi kami. Perlahan gerimis mengiringi kami ke lokasi batu tulis peninggalan kerajaan besar Tarumanegara.
prasasti ciarunteun2
Prasasti ini pertama kali ditemukan oleh seorang Belanda N.W Hovenman di kali Ciarunteun anak sungai Cisadane pada tahun 1683. Dari ditemukannya hingga tahun 1965, prasasti tersebut tetap pada tempatnya, yaitu di sungai Ciarunteun.
Di lokasi batu tulis kami bertemu dengan penjaga batu bersejarah ini yaitu pak Atma. Beliau sangat menyambut kedatangan kami. Usianya sekitar 60 tahunan. Dengan perawakannya yang kecil, namun tetap terlihat kuat. Sehari-hari bila ia tak di lokasi batu tulis mengawal para pengunjung, ia berada di ladangnya yang tak jauh dari lokasi. Dengan semangat dan cintanya pada situs ini, ia berkisah pada kami tentang peninggalan-peninggalan kerajaan kuno ini.
Proyek Pengangkatan Batu Tulis Ciarunteun
Sekitar tahun 1965-1975 banyak murid-murid SR (sekarang sejajar dengan SD) yang ingin melihat batu bersejarah ini. Untuk melihat batu tulis Ciarunteun, para pengunjung dahulu harus menyebrang sungai. Kadangkala bila musim hujan datang, batu tulis tak dapat dilihat, karena air sungai naik/tinggi. Sehingga banyak pengunjung yang datang dari jauh tapi tak dapat melihat batu tulis bersejarah ini. Maka dimulailah inisiatif untuk mengangkat batu tulis dari tempat aslinya ke darat.
Proyek pengangkatan dimulailah. Namun inipun baru dimulai 12 Juni 1981.Sebelumnya dibeli sepetak tanah untuk tempat baru batu tulis, yang tempat tersebut tak begitu jauh hanya beberapa meter dari sungai (tempat aslinya). Dengan peralatan seperti sling, papan, rantai, takel, tambang, dimulailah untuk mengangkat batu tulis ke atas/ke darat. Mula-mula batu dibungkus dengan papan, diikat rantai dengan tambang baja. Ujung sebelah diikat dengan pohon rambutan. Ujung seberangnya diikat di pohon duren dan nangka (sampai sekarang kedua pohon tersebut masih hidup!).  Jumlah tenaga kerja 20 orang (mereka merupakan penduduk  desa asli tersebut, Jakarta dan Jawa). Pemborongnya adalah Ir.Suharjoyo. Setiap 1 jam batu terangkat hanya 5cm. 1 hari 50cm. Kerja dilakukan sampai 5 sore. Proses semua pekerjaan ini berlangsung selama 30 hari.
Usia & Makna Tulisan Pada Batu Tulis
prasasti ciarunteun

Diperkirakan batu tulis ini dibuat tahun 450M dengan berat sekitar 8 ton. Pada batu tulis terdapat sepasang telapak kaki di permukaan batu. Yang sisi lainnya terdapat tulisan berhuruf Pallawa bebahasa Sansekerta yaitu :
Vikkranta Syavani Pateh
Srimatah Purnawarmanah
Tarumanagarendrasya
Visnoriva Padadvayam
Tulisan tersebut oleh Drs. Uka Candra Sasmita diterjemahkan dalam bahasa Indonesia sebagai berikut :
“Inilah telapak kaki yang mulia Sang Purnawarman Raja Negeri Taruma yang gagah berani, yang menguasai dunia, sebagai telapak Dewa Wisnu”
Gambar telapak kaki pada prasasti Ciarunteun mempunyai 2 arti yaitu:
  • Cap telapak kaki melambangkan kekuasaan raja atas daerah tersebut (tempat ditemukannya prasasti yaitu kerajaan Tarumanegara).
  • Dalam kepercayaan Hindu, cap telapak kaki melambangkan kekuasaan sekaligus penghormatan sebagai dewa. Ini menegaskan kedudukan Purnawarman yang diibaratkan dewa Wisnu yang tak hanya sebagai penguasa namun juga pelindung rakyatnya.
Pelestarian Batu Tulis Ciarunteun
Batu tulis Ciarunteun terdapat replikanya di museum Fatahillah, Jakarta. Sedangkan untuk menjaga keamanan batu tulis terdapat peringatan pemerintah : ‘barang siapa yang merusak barang dan lingkungan dikenakan sanksi 100 juta atau masuk penjara 10 tahun’.
Peninggalan Kerajaan Tarumanegara Lainnya
Sebenarnya tak hanya prasasti batu tulis Ciarunteun peninggalan kerajaan Tarumanegara di desa ini. Peninggalan/situs lainnya adalah :
  • Prasasti Kebon Kopi.Terdapat tapak kaki gajah. Diperkirakan gajah kesayaangan raja yang bernama Airawata. Prasasti asli ada di tempat tersebut, atasnya sekarang diberi atap rumah. Dinamakan prasasti kebon kopi karena pada saat ditemukan, daerah tersebut merupakan kebon kopi penduduk kampung. Usia prasasti sama seperti prasasti Ciarunteun.
prasasti kebon kopi tapak gajah
  • Prasasti Kebon Kopi II atau batu Dakon (congklak). Dinamakan ini karena wujud batunya berlubang dua. Disebut juga menhir. Lokasinya tidak dipindahkan, masih di tempat ditemukannya, namun dahulu tempat tersebut masih hutan.
  • Batu tullis Pasir Muara. Dalam bahasa Sunda, Pasir berarti luhur (tinggi).  Sedang Muara berarti pertemuan sungai dari S. Cisadane dan S. Cianten. 15 m dari pertemuan sungai tersebut di atasnya terdapat batu tulis. Berat prasasti ini sekitar 10 ton dan berbentuk lingga. Bila musim hujan, agak suilt melilhatnya karena sungai banjir. Rencananya tahun 2010 prasasti ini baru akan diangkat.
Pak Atma Sang Penjaga
pak atma

Setelah panjang lebar Pak Atma bertutur tentang Batu Tulis, berganti pembicaraan tentang jiwa, tentang yang batin. Walaupun beliau asalnya mendapat pengajaran dari gurunya di Banten, namun pimbicaraan dan pemikirannya nampak universal. Beliau menerangkan tentang perbedaan Hidup dan Allah. Makna shalat yang sebenarnya. Makna haji yang sesungguhnya. Juga tentang sakit dan obatnya. Kami mendengarkan dengan seksama. Ah, ia salah satu guru dan pembimbing hidup di bumi. Sering pengunjung yang awalnya menginap karena dari luar kota atau luar propinsi, kemudian karena cocok mendapat wejangan dari beliau, maka selanjutnya sering datang lagi untuk mendapatkan pengajaran selanjutnya. Bagi para pencari, tak ada salahnya untuk mendapat pengajaran batin dengan beliau yang hidupnya sudah menepi di atas bukit. Bagi kami Pak Atma tak hanya menjaga batu tulis secara fisik, tapi beliau juga menjaga batin (mengajarkan bagi siapapun yang dapat menerima pengajarannya, tanpa melihat secara fisik material, tapi apa isi pengajarannya).

sumber :
ciarunteun

Tidak ada komentar:

Posting Komentar